Ade Haryanto Sagala (
11-089 )
Topik
: Pendidikan berkebutuhan khusus suatu fenomena.
Judul
: Pembelajaran Operasional Life Skill Terhadap Siswa SLB C Markus Medan
Pendahuluan
Setiap
orang memiliki kelebihan (hiperaktif) dan kekurangan dalam proses belajar.
Kekurangan dan kelebihan (hiperaktif) ini memang dianggap berbeda dengan siswa
yang normal. Jika sistem belajar pada siswa normal diterapkan pada siswa yang
memiliki kekurangan atau kelebihan (hiperaktif), maka akan terjadi penurunan
prestasi pada siswa yang memiliki kelebihan (hiperaktif) atau akan menjadi
penyiksaan bagi siswa memiliki kekurangan. Salah satu faktor yang menyebabkan
hal ini adalah keterbelakangan mental (mental retardation). Siswa atau anak yang menderita mental
retardation adalah tunagrahita.
Tuna
berati merugi, grahita berarti pikiran. Jadi, anak tuna grahita adalah anak
yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi
intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan /
kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuiakan diri. Di Indonesia umumnya
pendidikan anak tuna grahita berada di sekolah khusus yang sering disebut
sekolah luar biasa. Memang ada beberapa tipe tunagrahita berdasarkan IQ-nya,
ada yang ringan, sedang, dan berat.
Tujuan khusus pendidikan anak
tunagrahita adalah dapat mengembangkn potensi diri dengan sebaik-baiknya, dapat
menolong diri, mandiri, dan berguna bagi masyarakat serta memiliki kehidupan
batin atau mental yang layak. Jika para orang tua yang sudah mengetahui anaknya
mengalami tunagrahita dari test psikologi tidak segera menangani hal ini, maka
anak tersebut cenderung menggantungkan diri pada orang lain.
Dengan
demikian dibutuhkan usaha daripada orang disekeliling-nya (anak tuna grahita)
untuk membantu meningkatkan rasa percaya
diri, harga diri, dan kemampuan diri dengan penuh kesabaran. Dalam proses
penumbuhan kepercayaan diri anak, sebaiknya ada proses pendidikan. Pendidikan
yang tepat atau bekal hidup yang tepat untuk diberikan kepada anak tunagrahita
adalah keterampilan kecakapan hidup (life skill). Baik orang yang bekerja
maupun yang tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan hidup, karena setiap
manusia yang survive pasti menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan.
Landasan Teori
Retardasi
mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya
kecerdasan (biasanya IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan
sehari-hari. Penyebab retardasi mental disebabkan oleh factor genetik dan
kerusakan otak. Klasifikasi dan Tipe Retardasi Mental.
TIPE
RETARDASI MENTAL
|
RENTANG
IQ
|
PERSENTASE
|
Ringan
Moderat
Berat
Parah
|
55-70
40-54
25-39
<25
|
89
6
4
1
|
Mereka yang termasuk dalam tuna grahita ringan,
meskipun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai
kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian social
dan kemampuan bekerja. Dalam kemampuan bekerja, mereka dapat melakukan
pekerjaan semi skill dan pekerjaan social sederhana, bahkan sebagian dari
mereka bisa melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa.
Tuna
grahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku
dibawah tuna grahita ringan. Mereka mampu memperoleh keterampilan mengurus diri
(self-help); dapat melakukan adaptasi social dirumah dan di lingkungan (saling
berbagi, menghormati hak milik, kerja sama); dapat belajar keterampilan dasar
akademis (menghitung sederhana, mengenal nomor-nomor lebih dari dua).
Pada
dasarnya anak tuna grahita memiliki kehidupan dengan anak yang normal lainnya.
Namun karena kelainannya, anak tuna grahita akan mengalami hambatan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut bahkan di antara mereka hanya bisa mencapai
sebagian ataupun kurang, tergantung dari berat ringannya kelainanya juga
bergantung pada perhatian dari lingkungannya.
Pengertian
life skill merupakan kecakapan social untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya. (Team BBE Depdiknas 2000 dalam Dian Rukmara , 2003:22).
Menurut Dirjen Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda pengertian life skill dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu :
a. Pengertian Teoritis
Life skill adalah interaksi
berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat
penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.
Life skill di kelompokkan ke dalam tiga
kelompok kecakapan sebagai berikut :
1. Kecakapan
hidup sehari-hari, antara lain meliputi : Pengelolaan kebutuhan pribadi,
pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan,
kesadaran keamanan, pengelolaan makanan bergizi, pengelolaan pakaian, kesadaran
pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi dan kesadaran
lingkungan.
2. Kecakapan hidup sosial/pribadi,
antara lain meliputi : Kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya
diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian dan pemecahan
masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan
kepemimpinan.
3. Kecakapan hidup bekerja, antara
lain meliputi: Kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan
keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan
suatu profesi, kesadaran untuk menguasai dan menerapkan teknologi, merancang
dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004:
4 ).
WHO (1997) mengemukakan kecakapan
hidup adalah berbagai
keterampilan/kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif,
yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan
dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan kecakapan hidup
ke dalam lima kelompok yaitu, kecakapan mengenal diri atau kecakapan pribadi,
kecakapan sosial, kecakapan berpikir, kecakapan akademik, serta kecakapan
kejuruan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 5).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
diketahui bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal
adalah upaya meningkatkan keterampilan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang
memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri.
b. Pengertian Operasional
Istilah life skills menurut
pengertian operasional adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan
berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Secara operasional, program
kecakapan hidup dalam pendidikan siswa luar biasa dipilih menjadi empat jenis
yaitu:
1. Kecakapan pribadi (personal
skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir
rasional, dan percaya diri, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai
diri sendiri.
2. Kecakapan sosial (social skill),
seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggungjawab
social, mengendalikan emosi, disiplin dan bersikap sportif.
3. Kecakapan akademik (academic
skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian,
dan percobaan dengan pendekatan ilmiah, berfikir strategis.
4. Kecakapan vokasional (vocational
skill) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
terdapat di masyarakat, seperti di bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit),
dan produksi barang tertentu seperti
peternakan, pertanian, perkebunan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga
Teknis, 2004: 7).
Diharapkan tujuan pendidikan
nasional lebih menekankan pada penguasaan kehidupan, kurikulum lebih
merefleksikan kehidupan nyata, penyelenggaraannya benar-benar jitu dalam
merealisasikan kurikulum berbasis life skill yang ditujukan pada guru memiliki
penguasaan kehidupan kuat.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui metode pembelajaran siswa-siswi SLB C Markus yang berkaitan dengan
Operasional Life Skill
2.
Untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran Operasional Life Skill pada siswa-siswi SLB C Markus
Alat dan Bahan
- Kertas dan Pena
- Kamera
- Karton
- Lem
- Print Gambar
- Reward ( Wafer & Momogi)
Subjek Observasi
33 Murid SLB C (Tunagrahita) Yayasan Markus dan 1
guru kelas SLB C Yayasan Markus
Analisis Data
Metode yang kelompok gunakan dalam
penelitian Tugas Mini Proyek adalah sebagai berikut
:
- Metode Observasi Intraksional
Pada metode ini,
kelompok berinteraksi dengan murid dan mengamati para murid SLB C Markus secara
langsung. Dalam berinteraksi, kelompok memberi
Instruksi berupa Operasional Life Skill dan dilakukan di dalam kelas.
Instruksi Operasional Life Skill yang
kami berikan antara lain:
a. Kecakapan
Personal. Untuk mengetahui kecakapan personal siswa, kelompok ingin menilai
aspek kepercayaan diri siswa dengan memberi kesempatan para sisiwa untuk
bernyanyi di depan siswa lainnya.
b. Kecakapan
Sosial. Untuk mengetahui kecakapan sosial siswa, kelompok menilai apakah siswa
mampu menerima informasi instruksi yang kelompok berikan kepada siswa dan
bagaimana kerja sama siswa. Instruksinya berupa estafet. Dengan memberi
Instruksi untuk melakukan Estafet Pulpen. Estafet ini dilakukan oleh 2 siswa.
Siswa pertama menaiki skuter dan membawa pulpen langsung kepada siswa ke 2 yang
duduk di atas balon besar. Kemudian siswa ke 2 yang sudah menerima pulpen dari
siswa pertama, melompat duduk sebanyak dua kali di atas balon dan langsung
meneruskan pulpen ke garis finish yang berada tidak jauh di depan balon.
c. Kecakapan
Vokasional. Untuk mengetahui kecakapan Vokasional siswa, kelompok menanyakan
cita-cita siswa dengan menunjukkan dan menjelaskan gambar dengan kategori
pekerja jasa dan pekerja penghasil barang. Kategori pekerja jasa antara lain:
gambar dokter dan pilot, sedangkan kategori pekerja penghasil barang antara
lain: koki dan petani.
2. Metode
Wawancara
Untuk mengetahui
kemampuan akademik siswa, kelompok menggunakan hasil belajar siswa, yaitu dengan
mewawancarai guru kelas. Pertanyaan yang kami ajukan antara lain:
1. Apa
saja pengelompokkan kategori siswa berdasarkan kemampuan akdemik?
2. Bagaimana
cara ibu mengelompokkan kemampuan akademik siswa?
3.
Apakah materi dan nilai yang diberikan
pada siswa SLB C sama dengan siswa normal pada umumnya?
Kalkulasi
Biaya
- Reward ( Wafer & Momogi ) Rp 41.000
- Transportasi Rp 30.000
- Print Rp 1.600
- Lem Rp 5.000
- Karton Rp 2.500
- Jumlah Rp 80.100
Jadwal Perencanaan
Kegiatan
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
|
Pemilihan
Tema
|
V
|
|||||||||
Penentuan
Judul
|
V
|
|||||||||
Diskusi
Metode dan Pelaksanaan
|
V
|
|||||||||
Pembuatan
Pendahuluan dan Landasan Teori
|
V
|
|||||||||
Mengajukan
surat permohonan dari Fakultas
|
V
|
|||||||||
Memberikan
surat permohonan pada SLB C Markus
|
V
|
|||||||||
Observasi
ke SLB C Markus
|
V
|
|||||||||
Membuat
hasil laporan
|
V
|
V
|
||||||||
Membuat
Poster
|
V
|
|||||||||
Posting
di Blog & Evaluasi
|
V
|
Jadwal Pelaksanaan
No
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
Waktu
|
Tempat
|
1.
|
Pemilihan
Tema
|
9 April 2012
|
12.00 wib
|
KELAS 3A
|
2.
|
Penentuan
Judul
|
3 Mei 2012
|
13.00 wib
|
Uka-Uka Psikologi
|
3.
|
Diskusi
Metode dan Pelaksanaan
|
3 MEI 2012
|
13.00 wib
|
Uka Uka Psikologi
|
4
|
Pembuatan
Pendahulan dan Landasan Teori
|
4
Mei 2012
|
13.00
WIB
|
Di
Uka-Uka Psikologi
|
4.
|
Mengajukan
surat permohonan dari Fakultas
|
3 Mei 2012
|
14.00 wib
|
Di R.Kemahasiswaan
|
5.
|
Memberikan
surat permohonan pada SLB C Markus
|
14 Mei 2012
|
10.00 wib
|
SLB Markus
|
6.
|
Observasi
ke SLB C Markus
|
18, 24 , 28 Mei 2012
|
08.00-11.00 wib
|
SLB Markus
|
7.
|
Membuat
hasil laporan
|
31 Mei 2012
|
11.00 wib
|
Kantin
|
8.
|
Membuat
Poster
|
7
Juni 2012
|
14.30
wib
|
Kampus
|
9.
|
Posting
di Blog & Evaluasi
|
8
Juni 2012
|
15.00-23.59 wib
|
Di
kosan masing-masing
|
Hasil Observasi
No
|
Jadwal Peaksanaan
|
Kegiatan
|
Responden
|
Ket
|
1
|
18 Mei 2012
09.00
– 10.00 WIB
|
Observasi
Lapangan
|
2 Orang
|
|
2
|
24 Mei 2012
a.
08.00-9.30 WIB
b.
09.30-10.30 WIB
|
Menguji
pembelajaran life
skill pada anak
a.
Menyanyi ke depan bagi yang mau
b.
Bermain skuter dan mewawancarai guru
|
a.
16 siswa
b.
17 Siswa, dan
1 guru
yang diwawancarai
|
a. Ada 33 siswa SLB namun yang hanya ingin bernyanyi 15
orang
a. 17 siwa yang tidak ikut bernyanyi
|
3
|
28 Mei 2012
09.00
– 10.00 WIB
|
Menguji
pembelajaran
Vokasional life skill
dengan memaparkan gambar “Cita
citakku”
|
33 siswa
|
Yang menjawab hanya 29
siswa
|
Keterangan :
1.
Observasi lapangan. Untuk me getahui
situasi dan kondisi sekolah, kelompok bertanya kepada guru kelas SLB C
yaitu pak Dedi dan bu Leli,
a.
Pak
Dedi : Jumlah siswa seluruhnya 103
siswa SLB B dan C, yang terdiri dari 71 siswa SLB C dan 32 siswa SLB B. Namun sebagian besar siswa tidak datang
setiap hari sesuai dengan jumlah siswa seluruhnya. Uang sekolah berbeda-beda
tiap tahunnya.
b.
Bu
Leli : Menjadi seorang guru SLB banyak tantangannya
salah satunya adalah kesabaran yang besar, harus sabar dengan tingkah laku anak
didik yang memiliki kemampuan yang lebih rendah di banding anak-anak normal.
Anak SLB C tidak dapat focus belajar dalam waktu yang lama jadi biasanya anak
SLB C harus diselingi dengan hiburan seperti menyanyi bersama.
2.
Observasi Interaksional langsung terhadap
siswa dan mewawancarai 1 orang guru kelas.
a.
Menyanyi
di depan kelas menguji bagaimana
kecakapan pribadi dari masing masing siswa diSLB C. dari hasil observasi di
dapat hanya 16 siswa yang mau maju kedepan dan bernyanyi, dari 16 siswa
tersebut hanya 10 orang yang bernyanyi tanpa di bantu oleh guru dan menyanyi
sambil menari. Dan yang lainnya menyanyi hanya karena ingin diberikan reward
berupa makanan.
b.
Siswa
yang belum bernyanyi, selanjutnya mengikuti permainan skuter dengan bermain 2
orang satu team dalam menguji bagaimana kecakapan social dari siswa. Permainan
di lakukan dengan mengantar pulpen dari satu siswa yang menaiki skuter dan
mengantar pulpen tersebut ke siswa lainnya kemudian siswa tersebut menerima dan
meloncat duduk di atas balon dua kali dan lari mencapai finish. Hasilnya, hanya
sebagian kecil siswa yang mengerti intruksi dan gagal di penyampaian pulpen
dari anak yang menaiki skuter ke anak lainnya yang duduk di balon. Ditengah
anak bermain, guru diwawancari bagaimana nilai akademik siswa dalam menguji
bagaimana kecakapan akademik dari siswa. Dari hasil wawancara, guru menyatakan
bahwa
:
o Setiap siswa-siswi Tunagrahita memiliki kemampuan
akademik yang berbeda-beda, ada yang rendah dan sedang. Memang tidak ada yang
memiliki kemampuan akademik yang normal yang IQ nya diatas rata-rata.
o Siswa
yang rendah kemampuan akademiknya ada yang sudah bisa menulis tapi belum bisa
mengetahui dan menghafal huruf-hurufnya, sedangkan siswa yang lumayan kemampuan
akademiknya sudah bisa mengenal, menulis maupun membaca kata demi kata maupun
kalimat. Walau begitu, siswa-siswi Tunagrahita masih sulit untuk memahami apa
kalimat yang diberikan oleh guru.
o Nilai
yang diberikan oleh guru tidak seperti disekolah umum biasanya, dalam hasil
rapornya mereka diberikan penilaian menggunakan penjelasan tentang perkembangan
mereka selama di sekolah. Mereka juga tidak memakai ranking atau juara seperti
sekolah biasanya.
3.
Melihat
gambar “Cita Citaku” yang terdiri dari empat profesi, antara lain dokter, koki,
pilot, dan petani. Penellitian ini dilakukan bagaimana menguji kecakapan
vokasional siswa daam memilihi cita-cita antara jasa ataupun menghasilkan
barang. Dari hasil penelitian, diperoleh 29 siswa yang menjawab cita-citanya
dari 33 siswa yang berada di ruangan. Yang memilih petani 6 siswa, dokter 11
siswa, koki 8 siswa, dan pilot 4 siswa.
Evaluasi
1.
Sulit
menentukan judul karena banyak pendapat dari masing masing anggota sehingga
sulit mengambil kesimpulan.
2. Sulit menentukan tempat observasi dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang kota Medan karena masing masing anggota bukan
tinggal di kota Medan.
3. Perencanaan
yang di buat tidak sesuai dengan pelaksanaan yang kami laksanakan. Dikarenakan
jadwal kuliah yang membuat kami menyesuaikan agar tidak ada absen dalam mata
kuliah lain dan alhasil kami mengambil jam kosong di pagi hari.
4. Pada
saat ingin menguji kecakapan vokasional, awalnya direncanakan menggunakan video
slide dengan menggunakan infocus, namun ternyata infocus milik SLB C tidak ada, jadi kami membatalkannya dengan
menggantinya membuat gambar sesuai profesi.
5. Sulit
mengatur waktu dalam diskusi pembuatan kesimpulan dan hasil pengamatan
dikarenakan banyaknya tugas dari mata kuliah lain dan waktu kosong digunakan
untuk jam ganti mata kuliah lain.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan di SLB C Markus
tentang pembelajaran sudah hampir mencakup Operasional Life Skill karena setiap
siswa-siswi Tunagrahita tidak bisa fokus lama saat belajar, jadi dibutuhkanlah
selingan dengan permainan atau hiburan lainnya. Siswa yang memiliki kemampuan
akdemik yang rendah sudah bisa mengenal huruf, tapi sulit untuk membaca satu
persatu dari kata yang diberikan oleh guru dan berhitung. Sedangkan yang
kemampuan akademiknya lumayan, sudah bisa membaca, menulis dan berhitung walau
tidak sepenuhnya paham pada pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Penerapan
Operasional Life Skill pada siswa SLB C Markus belum efektif karena dalam
observasi, siswa masih butuh dorongan dari siswa lain dan guru untuk bernyanyi
kedepan kelas, sehingg dibutuhkan waktu yang lama untuk melanjutkan sesi
berikutnya, kurangnya pemahaman intruksi
yang diberikan pada siswa SLB C Markus untuk melakukan estafet skuter dan tidak
ada kerja sama antara siswa (harus diarahkan oleh kelompok), kemampuan akademik
yang menengah ke bawah masih sulit untuk
diajarkan dan siswa masih belum mengerti sepenuhnya tentang kecakapan
vocasional yang membedakan antara perkerja jasa dan penghasil barang karena
kebanyakan siswa hanya mengenal dokter sebagai pekerja jasa.
Testimoni
Kristin Citra
Napitupulu 11-051
Bagi
saya, tugas ini sangat menarik, karena ini pengalaman pertama saya
mengaplikasikan pelajaran yang saya dapat di mata kuliah pendidikan, dimana
saya belajar mengobservasi, belajar melakukan penelitian secara langsung. Bukan
hanya itu, saya mendapat banyak kesan dan pesan di SLB C Markus dari siswa yang
begitu antusias menyambut kami sampai guru yang sabar mengajar mereka. Mungkin,
banyak kendala yang kami alami, tapi lepas dari semua itu banyak hal positif
yang kami dapat dibanding hal negatif.
Ade Haryanto Sagala 11-089
Menurut
saya, tugas mini proyek ini sangat bermanfaat karena dapat memperkuat kerja
sama antara teman. Tugas ini juga membuat saya dapat melihat dan menerapkan
dengan jelas ilmu Psikologi Pendidikan di kehidupan nyata.
Fiorella
Silviani Simatupang 11-091
Ini
merupakan pengalaman pertama saya mengobsevasi secara langsung anak ABK. Tugas
Mini Proyek ini membuat saya lebih tahu dengan apa itu life skill yang
sebenarnya juga metode pembelajaran yang diberikan oleh guru pada anak
Tunagrahita. Meskipun ada sedikit kendala dalam mengerjakan tugas ini, tapi
saya tetap merasa puas dengan apa yang telah kami kerjakan. Juga dengan kerja
kelompok tugas ini dapat mempererat tali pertemanan.
Daftar Pustaka :
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media
Group
repository.upi.edu/operator/upload/s_kom_0703779_chapter2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar