Jumat, 08 Juni 2012

Tugas Mini Proyek 2011/2012


Ade Haryanto Sagala             ( 11-089 )

Topik : Pendidikan berkebutuhan khusus suatu fenomena.
Judul : Pembelajaran Operasional Life Skill Terhadap Siswa SLB C Markus Medan

Pendahuluan
            Setiap orang memiliki kelebihan (hiperaktif) dan kekurangan dalam proses belajar. Kekurangan dan kelebihan (hiperaktif) ini memang dianggap berbeda dengan siswa yang normal. Jika sistem belajar pada siswa normal diterapkan pada siswa yang memiliki kekurangan atau kelebihan (hiperaktif), maka akan terjadi penurunan prestasi pada siswa yang memiliki kelebihan (hiperaktif) atau akan menjadi penyiksaan bagi siswa memiliki kekurangan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah keterbelakangan mental (mental retardation).  Siswa atau anak yang menderita mental retardation adalah tunagrahita.
            Tuna berati merugi, grahita berarti pikiran. Jadi, anak tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan / kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuiakan diri. Di Indonesia umumnya pendidikan anak tuna grahita berada di sekolah khusus yang sering disebut sekolah luar biasa. Memang ada beberapa tipe tunagrahita berdasarkan IQ-nya, ada yang ringan, sedang, dan berat.
Tujuan khusus pendidikan anak tunagrahita adalah dapat mengembangkn potensi diri dengan sebaik-baiknya, dapat menolong diri, mandiri, dan berguna bagi masyarakat serta memiliki kehidupan batin atau mental yang layak. Jika para orang tua yang sudah mengetahui anaknya mengalami tunagrahita dari test psikologi tidak segera menangani hal ini, maka anak tersebut cenderung menggantungkan diri pada orang lain.
            Dengan demikian dibutuhkan usaha daripada orang disekeliling-nya (anak tuna grahita) untuk  membantu meningkatkan rasa percaya diri, harga diri, dan kemampuan diri dengan penuh kesabaran. Dalam proses penumbuhan kepercayaan diri anak, sebaiknya ada proses pendidikan. Pendidikan yang tepat atau bekal hidup yang tepat untuk diberikan kepada anak tunagrahita adalah keterampilan kecakapan hidup (life skill). Baik orang yang bekerja maupun yang tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan hidup, karena setiap manusia yang survive pasti menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan. 

Landasan Teori
            Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Penyebab retardasi mental disebabkan oleh factor genetik dan kerusakan otak. Klasifikasi dan Tipe Retardasi Mental.
TIPE RETARDASI MENTAL
RENTANG IQ
PERSENTASE
Ringan
Moderat
Berat
Parah
55-70
40-54
25-39
<25
89
6
4
1
            Mereka yang termasuk dalam tuna grahita ringan, meskipun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian social dan kemampuan bekerja. Dalam kemampuan bekerja, mereka dapat melakukan pekerjaan semi skill dan pekerjaan social sederhana, bahkan sebagian dari mereka bisa melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa.
            Tuna grahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tuna grahita ringan. Mereka mampu memperoleh keterampilan mengurus diri (self-help); dapat melakukan adaptasi social dirumah dan di lingkungan (saling berbagi, menghormati hak milik, kerja sama); dapat belajar keterampilan dasar akademis (menghitung sederhana, mengenal nomor-nomor lebih dari dua).
            Pada dasarnya anak tuna grahita memiliki kehidupan dengan anak yang normal lainnya. Namun karena kelainannya, anak tuna grahita akan mengalami hambatan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut bahkan di antara mereka hanya bisa mencapai sebagian ataupun kurang, tergantung dari berat ringannya kelainanya juga bergantung pada perhatian dari lingkungannya.

            Pengertian life skill merupakan kecakapan social untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. (Team BBE Depdiknas 2000 dalam Dian Rukmara , 2003:22).
Menurut Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda pengertian life skill dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. Pengertian Teoritis
Life skill adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat  penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. Life skill di  kelompokkan ke dalam tiga kelompok kecakapan sebagai berikut :
1.         Kecakapan hidup sehari-hari, antara lain meliputi : Pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan bergizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi dan kesadaran lingkungan.
2. Kecakapan hidup sosial/pribadi, antara lain meliputi : Kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan kepemimpinan.
3. Kecakapan hidup bekerja, antara lain meliputi: Kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu profesi, kesadaran untuk menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa  (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 4 ).
WHO (1997) mengemukakan kecakapan hidup adalah berbagai  keterampilan/kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan kecakapan hidup ke dalam lima kelompok yaitu, kecakapan mengenal diri atau kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan berpikir, kecakapan akademik, serta kecakapan kejuruan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 5).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal adalah upaya meningkatkan keterampilan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri.
b. Pengertian Operasional
Istilah life skills menurut pengertian operasional adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Secara operasional, program kecakapan hidup dalam pendidikan siswa luar biasa dipilih menjadi empat jenis yaitu:
1. Kecakapan pribadi (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai diri sendiri.
2. Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggungjawab social, mengendalikan emosi, disiplin dan bersikap sportif.
3. Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan dengan pendekatan ilmiah, berfikir strategis.
4. Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat, seperti di bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu seperti  peternakan, pertanian, perkebunan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 7).
Diharapkan tujuan pendidikan nasional lebih menekankan pada penguasaan kehidupan, kurikulum lebih merefleksikan kehidupan nyata, penyelenggaraannya benar-benar jitu dalam merealisasikan kurikulum berbasis life skill yang ditujukan pada guru memiliki penguasaan kehidupan kuat.

Tujuan Penelitian
1.     Untuk mengetahui metode pembelajaran siswa-siswi SLB C Markus yang berkaitan dengan    Operasional Life Skill
2.      Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran Operasional Life Skill pada siswa-siswi SLB C       Markus
        
                    Alat dan Bahan 

  1.  Kertas dan Pena  
  2.  Kamera
  3. Karton 
  4.  Lem 
  5. Print Gambar 
  6. Reward ( Wafer & Momogi)

 Subjek Observasi
      33 Murid SLB C (Tunagrahita) Yayasan Markus dan 1 guru kelas SLB C Yayasan Markus

Analisis Data
            Metode yang kelompok gunakan dalam penelitian Tugas Mini Proyek adalah   sebagai   berikut :
  1.  Metode Observasi Intraksional
Pada metode ini, kelompok berinteraksi dengan murid dan mengamati para murid SLB C Markus secara langsung. Dalam berinteraksi, kelompok memberi  Instruksi berupa Operasional Life Skill dan dilakukan di dalam kelas. Instruksi Operasional Life Skill  yang kami berikan antara lain:
a.       Kecakapan Personal. Untuk mengetahui kecakapan personal siswa, kelompok ingin menilai aspek kepercayaan diri siswa dengan memberi kesempatan para sisiwa untuk bernyanyi di depan siswa lainnya.
b.      Kecakapan Sosial. Untuk mengetahui kecakapan sosial siswa, kelompok menilai apakah siswa mampu menerima informasi instruksi yang kelompok berikan kepada siswa dan bagaimana kerja sama siswa. Instruksinya berupa estafet. Dengan memberi Instruksi untuk melakukan Estafet Pulpen. Estafet ini dilakukan oleh 2 siswa. Siswa pertama menaiki skuter dan membawa pulpen langsung kepada siswa ke 2 yang duduk di atas balon besar. Kemudian siswa ke 2 yang sudah menerima pulpen dari siswa pertama, melompat duduk sebanyak dua kali di atas balon dan langsung meneruskan pulpen ke garis finish yang berada tidak jauh di depan balon.
c.       Kecakapan Vokasional. Untuk mengetahui kecakapan Vokasional siswa, kelompok menanyakan cita-cita siswa dengan menunjukkan dan menjelaskan gambar dengan kategori pekerja jasa dan pekerja penghasil barang. Kategori pekerja jasa antara lain: gambar dokter dan pilot, sedangkan kategori pekerja penghasil barang antara lain: koki dan petani.
      2.      Metode Wawancara
Untuk mengetahui kemampuan akademik siswa, kelompok menggunakan hasil belajar siswa, yaitu dengan mewawancarai guru kelas. Pertanyaan yang kami ajukan antara lain:
1.      Apa saja pengelompokkan kategori siswa berdasarkan kemampuan akdemik?
2.      Bagaimana cara ibu mengelompokkan kemampuan akademik siswa?
3.      Apakah materi dan nilai yang diberikan pada siswa SLB C sama dengan siswa normal pada umumnya?

Kalkulasi Biaya
  •   Reward ( Wafer & Momogi )            Rp 41.000
  •  Transportasi                                       Rp 30.000
  •  Print                                                    Rp  1.600
  •  Lem                                                     Rp  5.000 
  • Karton                                                  Rp  2.500
      • Jumlah                             Rp 80.100
 
Jadwal Perencanaan
     
Kegiatan
April
Mei
Juni
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
Pemilihan Tema
V









Penentuan Judul



V






Diskusi Metode dan Pelaksanaan



V






Pembuatan Pendahuluan dan Landasan Teori




V





Mengajukan surat permohonan dari Fakultas




V





Memberikan surat permohonan pada SLB C Markus





V




Observasi ke SLB C Markus






V



Membuat hasil laporan







V
V

Membuat Poster









V
Posting di Blog & Evaluasi









V


Jadwal Pelaksanaan

No
Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat
1.
Pemilihan Tema
9 April 2012
12.00 wib
KELAS 3A
2.
Penentuan Judul
3 Mei 2012
13.00 wib
Uka-Uka Psikologi
3.
Diskusi Metode dan Pelaksanaan
3 MEI 2012
13.00 wib
Uka Uka Psikologi
4
Pembuatan Pendahulan dan Landasan Teori
4 Mei 2012
13.00 WIB
Di Uka-Uka Psikologi
4.
Mengajukan surat permohonan dari Fakultas
3 Mei 2012
14.00 wib
Di R.Kemahasiswaan
5.
Memberikan surat permohonan pada SLB C Markus
14 Mei 2012
10.00 wib
SLB Markus
6.
Observasi ke SLB C Markus
18, 24 , 28 Mei 2012
08.00-11.00 wib
SLB Markus
7.
Membuat hasil laporan
31 Mei 2012
11.00 wib
Kantin
8.
Membuat Poster
7 Juni 2012
14.30 wib
Kampus
9.
Posting di Blog & Evaluasi
8 Juni 2012
15.00-23.59 wib
Di kosan masing-masing


Hasil Observasi

No
Jadwal Peaksanaan
Kegiatan
Responden
Ket
1
18 Mei 2012
09.00 – 10.00 WIB
Observasi Lapangan
2 Orang

2
24 Mei 2012
a.    08.00-9.30 WIB
b.    09.30-10.30 WIB
Menguji pembelajaran life skill pada anak
a.    Menyanyi ke depan bagi yang mau
b.     Bermain skuter dan mewawancarai guru
a.    16 siswa
b.    17 Siswa, dan 1 guru yang diwawancarai

a.  Ada 33 siswa SLB namun yang hanya ingin bernyanyi 15 orang
a.  17 siwa yang tidak ikut bernyanyi
3
28 Mei 2012
09.00 – 10.00 WIB
Menguji pembelajaran Vokasional life skill dengan memaparkan  gambar “Cita citakku”
33 siswa
Yang menjawab hanya 29 siswa




Keterangan :
          1.      Observasi lapangan. Untuk me getahui situasi dan kondisi sekolah, kelompok bertanya kepada guru kelas SLB C  yaitu pak Dedi dan bu Leli,
a.       Pak Dedi         : Jumlah siswa seluruhnya 103 siswa SLB B dan C, yang terdiri dari 71 siswa SLB C dan 32 siswa SLB B.  Namun sebagian besar siswa tidak datang setiap hari sesuai dengan jumlah siswa seluruhnya. Uang sekolah berbeda-beda tiap tahunnya.
b.      Bu Leli            :  Menjadi seorang guru SLB banyak tantangannya salah satunya adalah kesabaran yang besar, harus sabar dengan tingkah laku anak didik yang memiliki kemampuan yang lebih rendah di banding anak-anak normal. Anak SLB C tidak dapat focus belajar dalam waktu yang lama jadi biasanya anak SLB C harus diselingi dengan hiburan seperti menyanyi bersama.
            2.      Observasi Interaksional langsung terhadap siswa dan mewawancarai 1 orang guru kelas.
a.       Menyanyi di depan kelas  menguji bagaimana kecakapan pribadi dari masing masing siswa diSLB C. dari hasil observasi di dapat hanya 16 siswa yang mau maju kedepan dan bernyanyi, dari 16 siswa tersebut hanya 10 orang yang bernyanyi tanpa di bantu oleh guru dan menyanyi sambil menari. Dan yang lainnya menyanyi hanya karena ingin diberikan reward berupa makanan.
b.      Siswa yang belum bernyanyi, selanjutnya mengikuti permainan skuter dengan bermain 2 orang satu team dalam menguji bagaimana kecakapan social dari siswa. Permainan di lakukan dengan mengantar pulpen dari satu siswa yang menaiki skuter dan mengantar pulpen tersebut ke siswa lainnya kemudian siswa tersebut menerima dan meloncat duduk di atas balon dua kali dan lari mencapai finish. Hasilnya, hanya sebagian kecil siswa yang mengerti intruksi dan gagal di penyampaian pulpen dari anak yang menaiki skuter ke anak lainnya yang duduk di balon. Ditengah anak bermain, guru diwawancari bagaimana nilai akademik siswa dalam menguji bagaimana kecakapan akademik dari siswa. Dari hasil wawancara, guru menyatakan bahwa :
o  Setiap siswa-siswi Tunagrahita memiliki kemampuan akademik yang  berbeda-beda, ada yang rendah dan sedang. Memang tidak ada yang memiliki kemampuan akademik yang normal yang IQ nya diatas rata-rata.
o     Siswa yang rendah kemampuan akademiknya ada yang sudah bisa menulis tapi belum bisa mengetahui dan menghafal huruf-hurufnya, sedangkan siswa yang lumayan kemampuan akademiknya sudah bisa mengenal, menulis maupun membaca kata demi kata maupun kalimat. Walau begitu, siswa-siswi Tunagrahita masih sulit untuk memahami apa kalimat yang diberikan oleh guru.
o       Nilai yang diberikan oleh guru tidak seperti disekolah umum biasanya, dalam hasil rapornya mereka diberikan penilaian menggunakan penjelasan tentang perkembangan mereka selama di sekolah. Mereka juga tidak memakai ranking atau juara seperti sekolah biasanya.
         3.      Melihat gambar “Cita Citaku” yang terdiri dari empat profesi, antara lain dokter, koki, pilot, dan petani. Penellitian ini dilakukan bagaimana menguji kecakapan vokasional siswa daam memilihi cita-cita antara jasa ataupun menghasilkan barang. Dari hasil penelitian, diperoleh 29 siswa yang menjawab cita-citanya dari 33 siswa yang berada di ruangan. Yang memilih petani 6 siswa, dokter 11 siswa, koki 8 siswa, dan pilot 4 siswa.

Evaluasi
         1.      Sulit menentukan judul karena banyak pendapat dari masing masing anggota sehingga sulit                  mengambil   kesimpulan.
       2.    Sulit menentukan tempat observasi dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kota Medan karena masing masing anggota bukan tinggal di kota Medan.
         3.    Perencanaan yang di buat tidak sesuai dengan pelaksanaan yang kami laksanakan. Dikarenakan jadwal kuliah yang membuat kami menyesuaikan agar tidak ada absen dalam mata kuliah lain dan alhasil kami mengambil jam kosong di pagi hari.
         4.   Pada saat ingin menguji kecakapan vokasional, awalnya direncanakan menggunakan video slide dengan menggunakan infocus, namun ternyata infocus milik SLB C  tidak ada, jadi kami membatalkannya dengan menggantinya membuat gambar sesuai profesi.
      5.   Sulit mengatur waktu dalam diskusi pembuatan kesimpulan dan hasil pengamatan dikarenakan banyaknya tugas dari mata kuliah lain dan waktu kosong digunakan untuk jam ganti mata kuliah lain.


Kesimpulan

            Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan di SLB C Markus tentang pembelajaran sudah hampir mencakup Operasional Life Skill karena setiap siswa-siswi Tunagrahita tidak bisa fokus lama saat belajar, jadi dibutuhkanlah selingan dengan permainan atau hiburan lainnya. Siswa yang memiliki kemampuan akdemik yang rendah sudah bisa mengenal huruf, tapi sulit untuk membaca satu persatu dari kata yang diberikan oleh guru dan berhitung. Sedangkan yang kemampuan akademiknya lumayan, sudah bisa membaca, menulis dan berhitung walau tidak sepenuhnya paham pada pembelajaran yang diberikan oleh guru.
            Penerapan Operasional Life Skill pada siswa SLB C Markus belum efektif karena dalam observasi, siswa masih butuh dorongan dari siswa lain dan guru untuk bernyanyi kedepan kelas, sehingg dibutuhkan waktu yang lama untuk melanjutkan sesi berikutnya,  kurangnya pemahaman intruksi yang diberikan pada siswa SLB C Markus untuk melakukan estafet skuter dan tidak ada kerja sama antara siswa (harus diarahkan oleh kelompok), kemampuan akademik yang menengah ke bawah masih sulit untuk  diajarkan dan siswa masih belum mengerti sepenuhnya tentang kecakapan vocasional yang membedakan antara perkerja jasa dan penghasil barang karena kebanyakan siswa hanya mengenal dokter sebagai pekerja jasa.

Testimoni

Kristin Citra Napitupulu 11-051
            Bagi saya, tugas ini sangat menarik, karena ini pengalaman pertama saya mengaplikasikan pelajaran yang saya dapat di mata kuliah pendidikan, dimana saya belajar mengobservasi, belajar melakukan penelitian secara langsung. Bukan hanya itu, saya mendapat banyak kesan dan pesan di SLB C Markus dari siswa yang begitu antusias menyambut kami sampai guru yang sabar mengajar mereka. Mungkin, banyak kendala yang kami alami, tapi lepas dari semua itu banyak hal positif yang kami dapat dibanding hal negatif.
Ade Haryanto Sagala 11-089
            Menurut saya, tugas mini proyek ini sangat bermanfaat karena dapat memperkuat kerja sama antara teman. Tugas ini juga membuat saya dapat melihat dan menerapkan dengan jelas ilmu Psikologi Pendidikan di kehidupan nyata.
 Fiorella Silviani Simatupang 11-091
            Ini merupakan pengalaman pertama saya mengobsevasi secara langsung anak ABK. Tugas Mini Proyek ini membuat saya lebih tahu dengan apa itu life skill yang sebenarnya juga metode pembelajaran yang diberikan oleh guru pada anak Tunagrahita. Meskipun ada sedikit kendala dalam mengerjakan tugas ini, tapi saya tetap merasa puas dengan apa yang telah kami kerjakan. Juga dengan kerja kelompok tugas ini dapat mempererat tali pertemanan.

Daftar Pustaka :

Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media
Group

repository.upi.edu/operator/upload/s_kom_0703779_chapter2.pdf

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar