Senin, 14 Mei 2012

Blended Learning

 Tahapan perkembangan budaya manusia terdiri atas empat tahap, yaitu: abad agraris (sebelum tahun 1880), abad industri (1880–1985), abad informasi (1955–2000), dan abad pengetahuan (1995–sekarang) (Galbreth, 1999). Pada abad pengetahuan teknologi utama yang menjadi landasannya adalah komputer, pada abad industri berupa mesin, sedangkan pada abad pertanian adalah bajak. Perkembangan budaya tersebut sudah pasti mempengaruhi perkembangan belajar pada manusia. Perkembangan ini (belajar) berjalan mengikuti deret hitung, semakin lama semakin cepat, seperti sekarang ini. Memasuki abad pengetahuan, dinamika proses belajar manusia semakin tampak, seperti : orang dapat belajar di mana saja, melalui sumber belajar apa saja, dan sebagainya. 

Ciri-ciri pembelajaran pada abad pengetahuan, yaitu: guru sebagai fasilitator, pembimbing dan konsultan, guru sebagai kawan belajar, belajar diarahkan oleh orang yang belajar, belajar secara terbuka, fleksibel sesuai keperluan, belajar terutama berdasarkan proyek dan masalah, berorientasi pada dunia empirik dengan tindakan nyata, metode penyelidikan dan perancangan, menemukan dan menciptakan, kolaboratif, berfokus pada masyarakat, hasilnya terbuka, keanekaragaman yang kreatif, komputer sebagai peralatan semua jenis belajar, interaksi multimedia yang dinamis, serta komunikasi yang tidak terbatas. Ciri-ciri tersebut juga tergantung dari pengertian antara pembelajaran dan pengajaran. Pembelajaran merukuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke arah mengajar (interaksi dengan pengajar sebagai sumber belajar utama). Dengan demikian Pembelajaran adalah upaya menata lingkungan sebagai sumber belajar agar terjadi proses belajar pada diri si pebelajar. 

Oleh karena itu, guru masa depan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai seniman (artist) dan ilmuwan (scientist) dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar yang sengaja dirancang dan dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran terutama dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam rancangan pembelajaran mata pelajaran agar kualitas pembelajaran meningkat yang sensitif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kenal dengan Pembelajaran Berbasis Blended Learning (PPBL). Dengan PBPL maka pembelajaran bukan hanya berbasis pada tatap muka, tetapi dikombinasikan dengan sumber yang bersifat Offline maupun Online.

Banyak sekali pengertian beberapa ahli mengenai blended learning, antara lain Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: “the combination of different training “media” (technologies, activities, and types of events) to create an optimum training program for a specific audience.

Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (seperti yang dilakukan dengan gtalk atau media sosial lainnya). Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning). Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.

Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda. Keuntungan Blended Learning Berdasarkan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran pelatihan, karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke mana-mana tanpa menggunakan listrik. 

Sedangkan komputer mempunyai keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada catu daya listrik. Pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk tujuan belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu. Demikian juga metode pembelajaran untuk siswa di Sekolah Dasar dapat efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang berbeda untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat.

Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah: • memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan; • kemudahan implementasi; • efisiensi biaya; • hasil yang optimal; • menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan • meningkatkan daya tarik pembelajaran. Peran Pengajar Peran pengajar dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting dalam mengelola pembelajaran. Yang pasti pengajar harus melek informasi. Di samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, pengajar juga harus memiliki kpengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran tersebut.

Unsur-Unsur Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f) evaluasi. E-learning beda dengan Blenden Learning. E-learnig itu belajar sendiri asynchronous", di mana pengajar/ guru/dosen/instruktur dan orang yang belajar siswa tidak bertemu di saat yang sama. Maka dari itu ada 4 klasifikasi e-learning, yaitu:
 1. e-Learning tanpa kehadiran dan tanpa komunikasi, 2. e-Learning tanpa kehadiran tetapi dengan komunikasi, 3. e-Learning dikombinasikan dengan kehadiran sesekali, 4. e-Learning digunakan sebagai alat dalam mengajar di kelas .

Dari pembagian di atas, diperoleh beberapa metode menggunakan alat elektronik sebagai media pembelajaran, antara lain:
1. Pembelajaran Tatap Muka. Pembelajaran yang menggunakan barang elektronik sebagai sumber bahan ajar, di mana tetap dilakukannya tatap muka (selama proses pembelajaran)
2. Pembelajaran Mandiri Pembelajaran (self-learning). Mencari bahan sendiri tanpa adanya komunikasi antara pengajar dan pebelajar. Misalnya rekaman, googling, dan lain-lain.
3. Pembelajaran Tidak Sinkron (asynchronous). Pembelajaran e-Learning dengan menggunakan ruang kelas tradisional di mana pengajar dan pebelajar pada saat yang sama menggunakan email. (tanpa kehadiran pengajar).
4. Pembelajaran Sinkron. Teleconference, seperti menggunakan skype sebagai media pembelajaran.
5. Blended Learning Tidak Sinkron. Isi pembelajaran disampaikan kadang-kadang melalui pertemuan tatap muka dan melalui teknologi e-Learning yang dilakukan secara tidak sinkron. 
6. Pembelajaran Blended Learning Sinkron. Kehadiran pengajar dapat dilakukan bergantian antara fisik dan virtual. Beberapa pertemuan kelas dilakukan dengan kehadiran fisik (dalam ruang kelas tradisional yaitu tatap muka langsung) dan pertemuan lainnya dilakukan secara maya (sinkron). 

Dari metode di atas Blended Learnig dihadapkan dengan kehadiran fisik dan virtual dengan format asinkron dan sinkron. Pembelajaran Blended dapat dilakukan dengan dua puluh lima persen melalui kehadiran pengajar dan tujuh puluh lima persen tanpa kehadiran. Ada juga yang melakukan pembelajaran dengan lima puluh persen tatap muka dan lima puluh persen melalui e-learning. Demikian pula, ada yang melakukan seratus persen kehadiran tatap muka dengan kombinasi kehadiran fisik dan maya. Meskipun tidak ada standar proporsi kehadiran tatap muka dan letidakkehadiran secara fisik, namun yang pasti dalam pembelajaran berbasis blended learning selalui mengkombinasi kegiatan tatap muka dan e-learning sebagai upaya untuk memfasilitasi terjadinya belajar (Ranganathan, Negash, dan Wilcox, 2007). Jadi, terlihat jelas keuntungan menggunakan metode pembelajaran blended learning lebih besar dari pada kelemahannya. Mungkin kelemahannya bersifat relative tergantung dari variasi waktu penggunaan metode ini, sehingga tidak menyebabkan kebosanan dini pada pengajar atau pebelajar sendiri. 

Sumber : http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning



1 komentar:

  1. Bersin (2004) juga menyebutkan bahwa blended learning adalah campuran pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis teknologi terbaru. Teknologi terbaru yang di maksud Bersin adalah teknologi yang tersdia hari ini. Jadi Saya mengambil kesimpulan, untuk saat ini-blended yang tepat adalah dengan online learning.
    Untuk 5 atau 10 tahun mendatang barangkali ada teknologi lebih baru dari pada jaringan internet.

    BalasHapus