Tahapan perkembangan budaya manusia terdiri
atas empat tahap, yaitu: abad agraris (sebelum tahun 1880), abad
industri (1880–1985), abad informasi (1955–2000), dan abad pengetahuan
(1995–sekarang) (Galbreth, 1999). Pada abad pengetahuan teknologi utama yang menjadi
landasannya adalah komputer, pada abad industri berupa mesin, sedangkan
pada abad pertanian adalah bajak. Perkembangan budaya tersebut sudah pasti mempengaruhi perkembangan belajar pada manusia. Perkembangan ini (belajar) berjalan mengikuti deret hitung, semakin lama semakin cepat, seperti sekarang ini. Memasuki abad pengetahuan, dinamika proses belajar manusia semakin tampak, seperti : orang dapat belajar di mana saja, melalui sumber
belajar apa saja, dan sebagainya.
Ciri-ciri pembelajaran pada abad pengetahuan, yaitu: guru sebagai
fasilitator, pembimbing dan konsultan, guru sebagai kawan belajar,
belajar diarahkan oleh orang yang belajar, belajar secara terbuka,
fleksibel sesuai keperluan, belajar terutama berdasarkan proyek dan
masalah, berorientasi pada dunia empirik dengan tindakan nyata, metode
penyelidikan dan perancangan, menemukan dan menciptakan, kolaboratif,
berfokus pada masyarakat, hasilnya terbuka, keanekaragaman yang kreatif,
komputer sebagai peralatan semua jenis belajar, interaksi multimedia
yang dinamis, serta komunikasi yang tidak terbatas. Ciri-ciri tersebut juga tergantung dari pengertian antara pembelajaran dan pengajaran. Pembelajaran merukuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke arah mengajar
(interaksi dengan pengajar sebagai sumber belajar utama). Dengan demikian Pembelajaran adalah upaya menata lingkungan sebagai
sumber belajar agar terjadi proses belajar pada diri si pebelajar.
Oleh karena itu, guru masa depan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai
seniman (artist) dan ilmuwan (scientist) dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar yang
sengaja dirancang dan dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran
terutama dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam
rancangan pembelajaran mata pelajaran agar kualitas pembelajaran
meningkat yang sensitif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang di kenal dengan Pembelajaran Berbasis Blended Learning
(PPBL). Dengan PBPL maka pembelajaran bukan hanya berbasis pada tatap
muka, tetapi dikombinasikan dengan sumber yang bersifat Offline maupun
Online.
Banyak sekali pengertian beberapa ahli mengenai blended learning, antara lain Thorne (2003) menggambarkan blended
learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the
innovative and technological advances offered by online learning with
the interaction and participation offered in the best of traditional
learning. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning
sebagai: “the combination of different training “media” (technologies,
activities, and types of events) to create an optimum training program
for a specific audience.
Istilah blended learning pada awalnya
digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (seperti yang dilakukan dengan gtalk atau media sosial lainnya). Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah
pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam
pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning
adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan
pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis
komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile
learning). Tujuan utama
pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai
karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan
berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih
efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik
untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih
besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang
beragam. Belajar blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi
baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang
sama maupun berbeda. Keuntungan Blended Learning Berdasarkan perkembangan teknologi yang
dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, saat ini tidak ada metode
pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran
pelatihan, karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing.
Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber
belajar, dapat dibawa ke mana-mana tanpa menggunakan listrik.
Sedangkan
komputer mempunyai keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat
berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai
bentuk digital, tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada
catu daya listrik. Pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih
efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi
mempunyai keunggulan untuk tujuan belajar tertentu, untuk karakteristik
bidang tertentu. Demikian juga metode pembelajaran untuk siswa di
Sekolah Dasar dapat efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana,
demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran
yang berbeda untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi
semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang
belajar maka pendekatan melalui blended learning adalah yang paling
tepat.
Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran berbasis blended bagi lembaga
pendidikan atau pelatihan adalah: • memperluas jangkauan
pembelajaran/pelatihan; • kemudahan implementasi; • efisiensi biaya; •
hasil yang optimal; • menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan •
meningkatkan daya tarik pembelajaran. Peran Pengajar Peran pengajar dalam pembelajaran berbasis blended
learning sangat penting dalam mengelola pembelajaran. Yang pasti
pengajar harus melek informasi. Di samping memiliki keterampilan
mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, pengajar juga
harus memiliki kpengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber
belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan
keterampilan untuk mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua
atau lebih metode pembelajaran tersebut.
Unsur-Unsur Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning
mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak
memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c)
aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f) evaluasi. E-learning beda dengan Blenden Learning. E-learnig itu belajar sendiri asynchronous", di mana pengajar/
guru/dosen/instruktur dan orang yang belajar siswa tidak bertemu di saat
yang sama. Maka dari itu ada 4 klasifikasi e-learning, yaitu:
1. e-Learning tanpa kehadiran dan tanpa
komunikasi, 2. e-Learning tanpa kehadiran tetapi dengan komunikasi, 3.
e-Learning dikombinasikan dengan kehadiran sesekali, 4. e-Learning
digunakan sebagai alat dalam mengajar di kelas .
Dari pembagian di atas, diperoleh beberapa metode menggunakan alat elektronik sebagai media pembelajaran, antara lain:
1. Pembelajaran Tatap Muka. Pembelajaran yang menggunakan barang elektronik sebagai sumber bahan ajar, di mana tetap dilakukannya tatap muka (selama proses pembelajaran)
2. Pembelajaran Mandiri Pembelajaran (self-learning). Mencari bahan sendiri tanpa adanya komunikasi antara pengajar dan pebelajar. Misalnya rekaman, googling, dan lain-lain.
3. Pembelajaran Tidak Sinkron (asynchronous). Pembelajaran e-Learning dengan menggunakan ruang
kelas tradisional di mana pengajar dan pebelajar pada saat yang sama
menggunakan email. (tanpa kehadiran pengajar).
4. Pembelajaran Sinkron. Teleconference, seperti menggunakan skype sebagai media pembelajaran.
5. Blended Learning Tidak Sinkron. Isi pembelajaran disampaikan kadang-kadang melalui pertemuan
tatap muka dan melalui teknologi e-Learning yang dilakukan secara tidak
sinkron.
6. Pembelajaran Blended Learning Sinkron. Kehadiran pengajar dapat dilakukan
bergantian antara fisik dan virtual. Beberapa pertemuan kelas dilakukan
dengan kehadiran fisik (dalam ruang kelas tradisional yaitu tatap muka
langsung) dan pertemuan lainnya dilakukan secara maya (sinkron).
Dari metode di atas Blended Learnig dihadapkan dengan kehadiran fisik dan virtual dengan format asinkron dan sinkron. Pembelajaran Blended
dapat dilakukan dengan dua puluh lima persen melalui kehadiran pengajar
dan tujuh puluh lima persen tanpa kehadiran. Ada juga yang melakukan
pembelajaran dengan lima puluh persen tatap muka dan lima puluh persen
melalui e-learning. Demikian pula, ada yang melakukan seratus persen
kehadiran tatap muka dengan kombinasi kehadiran fisik dan maya. Meskipun
tidak ada standar proporsi kehadiran tatap muka dan letidakkehadiran
secara fisik, namun yang pasti dalam pembelajaran berbasis blended
learning selalui mengkombinasi kegiatan tatap muka dan e-learning
sebagai upaya untuk memfasilitasi terjadinya belajar (Ranganathan,
Negash, dan Wilcox, 2007). Jadi, terlihat jelas keuntungan menggunakan metode pembelajaran blended learning lebih besar dari pada kelemahannya. Mungkin kelemahannya bersifat relative tergantung dari variasi waktu penggunaan metode ini, sehingga tidak menyebabkan kebosanan dini pada pengajar atau pebelajar sendiri.
Sumber : http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning
Bersin (2004) juga menyebutkan bahwa blended learning adalah campuran pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis teknologi terbaru. Teknologi terbaru yang di maksud Bersin adalah teknologi yang tersdia hari ini. Jadi Saya mengambil kesimpulan, untuk saat ini-blended yang tepat adalah dengan online learning.
BalasHapusUntuk 5 atau 10 tahun mendatang barangkali ada teknologi lebih baru dari pada jaringan internet.